Ketulusan dan Kesungguhan

Ketulusan dan Kesungguhan
Namo Sakyamuni Buddhaya 3x
Terpujilah Guru kami, Sakyamuni Buddha yang telah menunjukan jalan dan menjadi teladan untuk melenyapkan peneritaan, mencapai kebahagiaan sejati…
Namo Amitofo …
Pada kesempatan kali ini saya akan coba membahas “Ketulusan dan Kesungguhan”.
Kenapa pada topik yang akan saya bawakan ini tidak saya tambahkan kalimat “dalam Agama Buddha” ?
Saudara-saudara yang berbahagia, alasandan opini saya, perlu kita tanyakan lagi bahwa, apakah Buddha pada masanya pernah mengatakan/mengklaim bahwasanya apa yang belia babarkan ini adalah miliknya, dan bukan milik orang lain ? Jawabannya adalah tidak…
Buddha bahkan tidak pernah berkata “ini ajaranku, bukan milik yang lain”.
Jika Buddha mengatakan hal seperti itu, Maka seseorang termasuk sang Buddha sendiri tidak dapat kita katakan sebagai Buddha, kenapa demikian ? karena arti Buddha itu sendiri adalah “Yang tercerahkan sepenuhnya”.
Kita semua tahu bahwa sang Buddha mengajarkan kita ada 3 corak yang tidak terlepas dari kehidupan kita semua, yaitu salah satunya adalah anatman (Sanskrit)/anatta(Pāli)/ 无我 yang artinya adalah tiada diri/tiada aku/tiada inti. Ini berarti jika Buddha sendiri masih mengakui ini dan itu adalah miliknya, bagaimana Beliau bisa menjadi buddha(成佛), dan begitu juga dengan kita. Ajaran Buddha tidak mengenal perbedaan(佛教的是平等), tidak ada istilah untuk si “A” dan bukan untuk si “B”. Buddha selalu mengajarkan kesamaan yang universal(平等).
Ketulusan dan Kesungguhan, apa ini sebetulnya ? Saudara-saudara, kita sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya rutinitas, ketika semua lancar kita bahagia, ketika ada masalah kita mengeluh, tetapi malah sebenarnya malah mempersulit diri kita. Kita semua tau, hidup ini tidak kekal adanya, tidak ada kepastian yang termasuk salah satu corak kehidupan yang Buddha ajarkan, yaitu anitya(sanskrit)/anicca(pali)/ , yang artinya tidak ada yang pasti, semua akan berubah seiring waktu. Saudara sekalian, kita tahu bahwasanya hidup memang tidak mudah, kalau hidup ini mudah untuk apa kita usaha, untuk apa kita belajar, dan untuk apa juga kita sembahyang(拜佛) dan berbuat baik. Hidup tidak mudah, tetapi tak sepantasnya kita mengeluh. Tetapi masalahnya disaat ini, bahkan dalam melakukan hal yang berguna, kita juga mengeluh. Nah mengeluh inilah yang disebut sebagai tidak adaketulusan dan kesungguhan. Kita tidak tulus(真誠) kepada siapa ? yang pertama adalah kepada diri kita sendiri. Jika kita tidak tulus kepada diri kita sendiri, bahkan ketika yang kita lakukan adalah hal yang berguna, kita malah mengeluh, perlu kita tanyakan apa artinya yang kita lakukan itu ? Ketika kita tidak tulus pada diri sendiri bagaimana kita akan tulus kepada yang lain, bagaimana kita akan membalas 4 budi luhur(四重恩) : Orang tua, Guru/Buddha, Negara, dan Semua Makhluk ?.
Saudara sekalian, sadarkah kita selama ini ketika kita melakukan suatu hal tanpa ketulusan dan kesungguhan, itu hanya menambah kelelahan kita, lelah tubuh dan lelah pikiran, seperti ada beban. Tidak menyenangkan melakukan susuatu dengan ada beban. Ketika kita tulus dan bersungguh-sungguh, beban berkurang, hidup lebih menyenangkan, bahkan kebaikan yang kita lakukan akan bernilai lebih. Ketika hidup berguna, tanpa beban dan menghasilkan nilai lebih, siapa yang tidak mau ? siapa yang bahagia ?
Saudara-saudara sekalian, dalam mencapai tujuan kita, hingga tujuan akhir kita, yaitu pantai seberang, perlu adanya ketulusan dan kesungguhan(真誠). Tulus melakukan rutinitas kita, tulus melaksanakan kewajiban kita, tulus dalam melakukan hal berguna dan melatih diri, dan tulus tanpa mengharap imbalan balik.Nah ketika kita tulus dan bersungguh-sungguh, apakah Tuhan akan memberkati kita ? kita sedang tidak membahas hal demikian. Ketika kita tulus dan bersungguh-sungguh, apakah Buddha akan senang ? saya juga tidak bilang begitu. Ketika kita tulus dan bersungguh-sungguh kita yang memperoleh banyak keberuntungan/benefit, kita akan lebih berbahagia, kita yang membuat diri kita lebih beruntung dan berbahagia.Baik ketika menjalankan kewajiban maupun melatih diri dengan landasan tulus dan sungguh-sungguh, katakanlah “tujuan saya lebih penting dari masalah dan beban saya”. Melatih diri dalam ajaran Buddha, ketulusan dan kesungguhanlah yang akan menjadi senjata kita melewati beban dan rintangan untuk mencapai kebahagiaan sejati pantai seberang dan untuk menjadi Buddha.
Demikian yang dapat saya sampaikan/sharing, mohon maaf atas kesalahan saya, semoga membawa manfaat bagi kita semua, dan semua makhluk.
Semoga semua makhluk hidup beruntung dan berbahagia…
Om santi santi santi… svaha…
Namo Amitofo….Amitofo…
———————————————————————————————————-
Kritik, saran, dan masukan dari anda sangat berarti bagi saya
Dapat anda kirimkan ke : wira_xie@ymail.com
Dengan menyertakan nama anda
This entry was posted in Buddhis, My Writting, Sharing. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *